Akar Kesalahan Manusia

Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. Foto: Istimewa

Oleh Nazwar, S. Fil. I., M. Phil (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)

Teraskabar.id – Hidup di dunia adalah anugerah Ilahi. Agar tidak senantiasa dipandang secara negatif, dunia juga merupakan karunia berupa hidup khususnya bagi manusia sebagai keturunan Adam alaihassalam.

Telah dikabarkan bahwa Nabi telah melakukan secalam konfirmasi atas seringnya terdapat tudingan yang diarahkan kepadanya perihal perjalan manusia di bumi. Tidak dapat sepenuhnya menyalahkan Adam yang terbujuk rayuan iblis terkutuk sehingga berbuntut terusirnya beliau ‘alaihissalam berikut istri dan keturunannya dari surga sehingga menjalani kehidupan dunia yang penuh cobaan (“al-fitnah”).

Selain itu, Nabi Adam telah mengaku bersalah dan bertobat kepada Allah. Meski dipandang sederhana, namun derajat tinggi berupa kenabian merupakan kemuliaan yang menuntut tanggung jawab yang tinggi pula. Melalui sebuah do’a, akhirnya Allah mengampuninya jua. Berikut lafaz do’anya sebagaimana tercantum dalam penggalan dari al-Qur’an Surat al-A’raf Ayat 23 dan artinya:

Baca jugaPeringatan Maulid Nabi di Masjid Jabal Nur Dayodara, Begini Pesan Dr KH Sirajuddin

“Rabbanaa zholamanaa anfusanaa wa Inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minalkhoosiriin!” Artinya: “ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri (karena mendekati pohon terlarang-“al-khuld”) dan jika saja tidak Engkau ampuni kami dan Engkau rahmati kami niscaya kami akan menjadi di antara orang-orang yang merugi!”

Adam dan keturunnya menjalani kehidupan di dunia dan terus beranak pinak. Semakin banyak maka dirasa perlu aturan yang mengatur kehidupan manusia sebagai Khalifah di muka bumi dan mengarahkan serta membimbing. Maka diutuslah para nabi sebagai risalah Tuhan dengan kitab dan syariah masing-masing. Kian kemari terdapat perbedaan serta spesifikasi tertentu.

  KONI Tolitoli Gelar Raker Libatkan Puluhan Pengurus Cabor

Baca jugaBegini Kemeriahan Maulid Nabi Muhammad di Masjid Jabal Nur Talise Valangguni Palu

Nami Muhammad sebagai penutup para nabi dengan kitab dan syariah yang menunjukkan arti kehidupan yang sesungguhnya serta yang sebaiknya. Apa yang ada pada Rasul sebagai contoh penerapannya, maka di luar itu semua tidak ada selain kesesatan. Tidak hanya dalam ajaran Islam, setiap perubahan dalam setiap ajaran baik pengurangan atau modifikasi berupa penambahan merupakan suatu yang terlarang dalam setiap ajaran maka perkara ini disebut bid’ah atau mengada-ada.

Sebenarnya semua dosa atau berbagai perilaku jahat dan terlarang sesungguhnya dapat diidentifikasi muncul dari perilaku bid’ah ini. Secara fitrah saja, sesungguhnya manusia adalah berkesesuaian dengan kebenaran yang ditetapkan Allah pada, terhadap dan dalam dirinya. Namun seiring perjalanan yang kian panjang peradaban manusia, hal ini sering terlupa terkalahkan oleh banyak orang sehingga berbagai jenis kesalahan manusia pun kian beragam. Maka jika ditanya manusia sesungguhnya senantiasa menginginkan keteraturan sebagai yang ditetapkan Tuhan, “Allahu a’lam!”***

Terkait