Anjing Militer Israel Serang Warga Sipil, Wanita Hamil Gaza Salah Satu Korbannya

Tahrir Husni al-Arian, 34, menceritakan kisahnya dari rumah keluarganya di Khan Younis di Jalur Gaza. Foto: MEE

Gaza, Teraskabar.idTentara pendudukan Israel secara sistematis menggunakan anjing-anjing militer untuk menyerang warga sipil sejak invasi darat pasukan Zionis ke Jalur Gaza pada akhir Oktober 2024.

Sebagaimana dilansir Middle East Eye (MEE) dan dikutip dari Gazamedia, serangan anjing tempur terhadap warga sipil Gaza telah menjadi hal yang biasa. Anjing-anjing tempur tersebut memasuki bangunan dengan bantuan kamera.

Pada bulan Desember, Universitas Tel Aviv membagikan sebuah video di media sosial yang memperlihatkan “ruang perang teknik” di kampus mereka untuk mendukung operasi militer Israel.

Fasilitas ini dikembangkan untuk menciptakan teknologi bagi militer, termasuk sistem live-streaming dari kamera yang dipasang pada anjing yang digunakan oleh unit anjing tempur. Pola itu kemudian diadopsi menggunakan anjing militer Israel serang warga sipil.

Dalam laporan MEE, seorang perempuan Palestina bernama Arian, yang tengah hamil, menceritakan bagaimana dia diserang oleh salah satu anjing Israel. Kejadian itu terjadi saat Arian sedang berada di kamar mandi dan terjebak dalam serangan yang meninggalkan luka serius di tubuhnya.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, tetapi suami saya memberitahu saya,” kata Arian kepada MEE, mengenang kejadian tersebut.

Menurutnya, empat tentara Israel yang berada di luar kamar mandi akhirnya turun tangan untuk menghentikan anjing tersebut. Tentara pertama mencoba untuk menarik gigi anjing dari tubuhnya, namun tidak berhasil. Begitu juga dengan tentara kedua dan ketiga.

Baru tentara keempat yang berhasil dengan cara menepuk kepala anjing tersebut hingga ia melepaskan gigitannya dan keluar dari kamar mandi, duduk di sofa ruang tamu.

  Herman Latabe Optimistis Rizal-Samuel Dikukuhkan Jadi Pemenang Pilkada Sigi 2024

Setelah serangan itu, tentara Israel mengubah apartemen Arian menjadi markas militer. Mereka memisahkan pria dan wanita, lalu menginterogasi mereka. Beberapa pria, termasuk suami Arian, ditahan.

“Saya masih terbaring di lantai kamar mandi, tidak bisa bergerak karena kaki saya terluka dan membeku karena kaget serta ketakutan. Seorang tentara yang bisa berbahasa Arab melihat saya dan menyuruh saya untuk bangun,” lanjut Arian.

Dengan bantuan tetangganya, Arian yang sedang hamil itu berhasil berdiri dan menuju ke ruang tamu. Tentara itu kembali dan menunjuk ke perutnya, bertanya, “Apa ini?” Arian menjawab, “Hamil.”

Namun tentara itu tampak bingung dan bertanya lagi, “Apa maksudnya?” Arian pun menjawab, “Anak.” Tentara itu kembali bertanya, “Anak apa?” Arian kemudian mengangkat gaun salatnya untuk menunjukkan perutnya yang hamil.

Serangan Anjing Tingkatkan Stres Perempuan Hamil di Gaza

Setelah serangan tersebut, kondisi Arian semakin memburuk. Tentara Israel tidak memberikan bantuan berarti.

Salah satu tentara menuangkan air ke luka Arian dan memasang pembalut tekanan, meski Arian merasa itu hanya upaya untuk menutupi kejadian yang sebenarnya.

Sebelum meninggalkan apartemen sekitar pukul 02.30 pagi, tentara Israel memperingatkan mereka untuk tidak memberitahukan kejadian tersebut kepada siapa pun.

Saat pasukan Israel mundur, banyak ambulans datang untuk mengevakuasi korban tewas dan terluka.

Namun, Arian merasa sangat takut untuk meninggalkan rumahnya, khawatir bahwa pasukan Israel akan membombardir mereka jika keluar. Baru setelah ambulans terakhir tiba, dia akhirnya memutuskan untuk pergi bersama mereka menjelang fajar.

  Israel Habiskan Rp1.100 Triliun untuk Genozida Gaza

Di rumah sakit Nasser yang rusak parah, dokter memberikan suntikan anti-toksin dan merawat lukanya yang lebarnya sekitar 15 sentimeter.

Dokter memperingatkannya bahwa karena luka tersebut, kemungkinan besar dia tidak bisa melahirkan secara normal dan akan memerlukan operasi caesar pada minggu berikutnya. Sebulan sebelumnya, Arian sempat diberitahu dalam pemeriksaan kehamilan rutin bahwa bayi yang dikandungnya mengalami kelainan pada kaki.

Dokter menjelaskan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh stres berat, ketakutan, dan kondisi buruk yang Arian alami selama kehamilan, termasuk berlarian menyelamatkan diri, dipindahkan berulang kali, dan kekurangan gizi parah.

Meskipun begitu, dokter memberi harapan bahwa ada peluang 70 persen bayi tersebut bisa bertahan, meski memerlukan inkubator dan terapi fisik agar bisa berjalan dengan normal. Namun, takdir berkata lain.

Anjing Militer Israel Serang Warga Sipil Meninggalkan Trauma Mendalam

Sekitar seminggu setelah kejadian, Arian melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama Ibrahim. Namun, kondisi bayinya sangat kritis. “Dokter mengatakan operasi sangat sulit, dan kondisi anak saya sangat kritis,” katanya.

Mereka diberitahu bahwa jika ada peluang bagi bayi tersebut untuk bertahan hidup, peluang itu sangat kecil karena infeksi dan luka yang diderita Arian.

Salah seorang perawat mengungkapkan bahwa selama operasi caesar, tercium bau busuk yang berasal dari luka Arian akibat infeksi. Setelah operasi selesai, mereka menunggu beberapa jam sebelum membawanya ke ruang operasi lagi untuk menangani kakinya.

“Ada perasaan seperti saya tercekik karena bau yang begitu menyengat. Saya bahkan meminta perawat untuk membuka jendela,” katanya.

  PRIMA ke Ahmad Ali: Kemiskinan Persoalan Pokok Yang Belum Bisa Diselesaikan Pemerintah

Setelah dua kali operasi dan mendengar suara-suara bombardir dari jarak jauh, Arian akhirnya diizinkan untuk beristirahat. Namun, keesokan paginya, perawat memberitakan kabar yang sangat memilukan: bayinya meninggal dunia.

“Ada peluang bayi saya bisa bertahan, tapi serangan anjing itu yang menghancurkannya. Saya kehilangan bayi saya, dan itu sudah selesai. Tapi yang tak pernah berakhir adalah rasa takut saya—takut militer Israel akan datang mencari saya,” ungkap Arian dengan penuh kesedihan.

Bahkan hingga kini, Arian masih merasakan trauma yang mendalam. Dia mengaku masih merasa ketakutan dan meminta anggota keluarganya untuk menemaninya ke kamar mandi. Ia tidur dengan lampu menyala, dan tak jarang merasakan nyeri hebat di kakinya yang terluka.

Dokter mengatakan bahwa lukanya akan sembuh dalam waktu delapan bulan.

Meski demikian, mental Arian belum pulih. Ia bahkan merasa kehilangan kepercayaan terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarganya yang tidak mampu menghentikan serangan anjing tersebut saat itu. “Saya kehilangan kepercayaan pada semua orang,” katanya dengan penuh penyesalan. (red/teraskabar)

Terkait