Palu, Teraskabar.id – Inflasi Sulawesi Tengah pada Bulan Maret 2025 terjadi lonjakan sangat signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan mencapai 2,82 persen.
“Inflasi mounth to mounth atau bulanan di Sulawesi Tengah, Maret 2025 terhadap Februari 2025, sebesar 2,82 persen, ini luar biasa,” kata Plt Kepala BPS Provinsi Sulteng, Imron Taufik J Musa pada press reales BPS, Selasa (8/5/2025).
Bila dibandingkan dengan inflasi nasional yang nilainya hanya 1,65 persen, inflasi Sulawesi Tengah jauh di atas nasional. “Jadi inflasi bulanan kita (Sulteng) itu di atas nasional,” kata Imron.
Sedangkan inflasi tahun ke tahun (Maret 2025 terhadap Maret 2024) tercatat 1,88 persen. Sementara inflasi tahun kalender (Maret 2025 terhadap Desember 2024) sebesar 1,67 persen, di mana targetnya dalam setahun adalah 2,5 persen dan maksimal 3 persen. Padahal, tahun ini baru berjalan tiga bulan dan masih ada 9 bulan lagi ke depannya untuk menekan angka inflasi agar tak melampaui target maksimal 3 persen.
Bila memilah inflasi berdasarkan dari kelompok pengeluaran lanjutnya, tertinggi pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, nilainya sebesar 11,29 persen.
“Ini kenapa, karena tarif untuk diskon listrik hanya 2 bulan. Sehingga memicu inflasi 11,29 persen,” ujarnya.
Andil inflasi kelompok pengeluaran ini juga cukup besar, mencapai 1,58 persen. Hal yang sama bagi Andil inflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mencapai 1,08 persen. Sehingga, dari kedua kelompok pengeluaran ini, nyaris sebagai penyumbang utama inflasi bulan Maret 2025. Sebab, akumulasi dari kedua kelompok pengeluaran ini adalah 2,66 persen, di mana inflasi Sulteng pada bulan Maret 2025 sebesar 2,82 persen.
“Dari 11 Kelompok pengeluaran, hanya dua kelompok penyumbang terbesar, yang lainnya di bawah 1 persen,” ujarnya.
Komoditas penyumbang utama inflasi bulanan tambahnya, antara lain Tarif Listrik, Cabai Rawit, Ikan Selar, Bawang Merah, Emas Perhiasan, Cabai Merah, dan Ikan Cakalang.
Sementara inflasi tahunan berdasarkan yang terlihat pada grafik kata Imron, lompatannya sangat tinggi, tercatat 0,50 persen pada Maret 2024 menjadi 2,82 persen pada Maret 2025. “Jadi melompatnya ini cukup tinggi,” ujarnya. (red/teraskabar)