Palu, Teraskabar.id – Sejumlah bakal calon yang ingin maju di Pilkada serentak 2024, secara berkala dan berkesinambungan memframing popularitasnya untuk mengangkat elektabilitasnya dengan cara rilis hasil survey dari lembaga survey.
Tak ada satupun bakal calon yang melewatkan cara mendongkrak popularitas dan elektabilitas mereka melalui rilis lembaga survey, termasuk bakal calon Pilkada serentak 2024 di Sulawesi Tengah.
Baca juga: Dua Lembaga Survei Unggulkan Anwar Hafid dari Seluruh Bacalon Gubernur Sulteng
Akademisi Univeristas Tadulako (Untad) Dr. Nur Alamsyah dihubungi media ini menyikapi fenomena publikasi hasil survey jelang Pilkada 2024 mengatakan, survei ini betul-betul menjadi instrumen yang digunakan para calon kandidat untuk mendapatkan dukungan partai.
“Semua yang maju minimal pernah unggul menurut survei tertentu,” kata Koordinator Prodi Ilmu Pemerintahan Fisip Untad ini.
Fenomena tersebut kata Nur Alamsyah, sebenarnya mengganggu kesehatan fisik dan mental demokrasi Indonesia, dan terutama demokrasi lokal.
Baca juga: Bursa Pilgub Sulteng 2024, Hasil Survei SDI: Elektabilitas Rusdy Mastura Tertinggi
Tidak ada proses transformasi yang dibangun secara natural alias alamiah untuk menunjukkan kesesuaian antara pemimpin dan kebutuhan masyarakat atas capaian politik yang hendak diraihnya pada masa tertentu.
Implikasi dari tidak adanya dialog dan hanya berkaca pada populisme semu yang diframing, maka lahirlah pemimpin-pemimpin yang tidak mengetahui apa yang akan dicapai dan untuk apa capaian itu akan digunakan. Semuanya hanya bilang jalani saja, seolah-olah tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur segala sesuatunya.
Baca juga: Polda Sulteng Pantau Medsos yang Berpotensi Mengganggu Pelaksanaan Pemilu 2024
“Menurut saya, (hanya) gombal saja survey-survei ini. Bisa jadi memang hasilnya betul, namun dalam penggunanya tidak sesuai dengan hakekat,” kata dosen Fisip Untad ini.
Mestinya kata Nur Alamsyah, survei digunakan untuk berjaga guna mencapai suatu hal, bukan sebagai bahan bargaining politik dukungan yang kemudian memanipulasi hasilnya.