Palu, Teraskabar.id – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP) berhasil menyelesaikan sejumlah proyek besar dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah yang terdampak bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami pada 2018.
Kegiatan ini, yang telah berlangsung selama 4,5 tahun dengan total investasi sebesar Rp 1,99 triliun, mencakup pembangunan hunian tetap (Huntap), infrastruktur pemukiman, dan fasilitas publik, serta penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan “Build Back Better”.
“Selama lebih dari empat tahun, kami telah menerapkan konsep Build Back Better dengan prinsip-prinsip utama seperti tahan gempa, desain ramah lingkungan, serta perhatian pada aspek gender dan aksesibilitas. Kami juga memastikan bahwa 90% warga terdampak bencana sudah dapat mengakses fasilitas yang memenuhi standar teknis,” kata Ketua Satgas Pelaksana Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pascagempa Bumi, Likuefaksi, dan Tsunami di Sulawesi Tengah, Arie Setiadi Moerwanto, di hadapan puluhan awak media, Kamis (12/12/2024), di Hotel Aston Palu.
Pada konferensi pers dihadiri Staf Ahli Menteri PU Bidang Keterpaduan Pembangunan, Maulidiya Indah Junica, Direktur PKP selaku Ketua PMU CSRRP Cipta Karya Wahyu Kusumosusanto, Ketua Sargas Harian Pelaksana Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Provinsi Sulawesi Tengah Dedy Permadi, dan Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng, Novalina, Ketua Satgas Pelaksana Ari Setiadi Moerwanto menyampaikan, salah satu pencapaian utama dari program ini adalah pembangunan hunian tetap (huntap) dan infrastruktur permukiman yang aman serta fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat, termasuk rumah sakit, sekolah, dan kantor
Sasaran dan Hasil Kegiatan
CSRRP yang dilaksanakan di tiga wilayah utama, yaitu Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala, bertujuan untuk memperkuat infrastruktur dan menyediakan hunian yang aman bagi masyarakat yang terdampak. CSRRP fokus pada ketangguhan, keberlanjutan, dan inklusivitas, program ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat pascabencana.
Dalam pelaksanaannya, program ini berhasil membangun 3.880 unit hunian tetap (Huntap), merekonstruksi 17 sekolah dan 1 universitas, serta membangun 7 fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit dan puskesmas. Selain itu, lebih dari 51 kilometer jalan permukiman dibangun untuk memperbaiki aksesibilitas, dan lebih dari 1.000 titik Penerangan Jalan Umum (PJU) dipasang untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga.
Hasil evaluasi dari lembaga Evaluation Study Consultant (ESC) menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi dari para penerima manfaat, dengan lebih dari 90% warga merasa puas terhadap kualitas rumah dan fasilitas yang telah dibangun.
Prinsip Pelaksanaan: Build Back Better
Pendekatan Build Back Better (BBB) yang diterapkan dalam CSRRP bertujuan untuk tidak hanya memulihkan kondisi seperti sebelumnya, tetapi juga meningkatkan kualitas dan ketahanan infrastruktur serta meningkatkan keberlanjutan program. Program ini mengusung lima prinsip utama:
Fasilitas Publik dan Infrastruktur Skala Lingkungan
CSRRP juga mencakup rekonstruksi fasilitas publik yang vital, seperti rumah sakit, sekolah, dan kantor pemerintah, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki akses layanan dasar. Tidak hanya itu, program ini juga berhasil membangun infrastruktur skala lingkungan di 27 kelurahan/desa dengan anggaran sebesar Rp 45,08 miliar. Infrastruktur yang dibangun meliputi drainase, ruang terbuka hijau (RTH), dan tempat pengolahan sampah berbasis reduce, reuse, recycle (TPS3R), yang berkontribusi dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat.
Investasi dan Distribusi Anggaran
Total investasi dalam kegiatan CSRRP mencapai IDR 1,99 triliun, yang didistribusikan secara proporsional ke tiga wilayah utama terdampak bencana. Kota Palu menerima alokasi terbesar sebesar 69,9% dari total investasi, mengingat kerusakan yang paling signifikan terjadi di wilayah tersebut. Sementara itu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala masing-masing mendapatkan 15,2% dan 14,8% dari total investasi.
Evaluasi dan Keberlanjutan Proyek
Berdasarkan hasil evaluasi dari lemabaga Evaluation Study Consultant (ESC) menunjukkan, tingkat kepuasan masyarakat terhadap hasil proyek ini sangat tinggi, dengan lebih dari 90% penerima manfaat merasa puas dengan kualitas hunian, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan yang disediakan. Selain itu, program ini diharapkan dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah setempat, dengan penyusunan kelembagaan yang jelas dan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas-fasilitas tersebut.
Ketua Satgas Pelaksana Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi, Likuefaksi dan Tsunami di Sulawesi Tengah, Arie Setiadi Moerwanto, dalam kesempatan penutupan kegiatan CSRRP mengungkapkan, “Keberhasilan program ini tidak hanya terletak pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada keberlanjutan dan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Kami berharap bahwa infrastruktur dan fasilitas yang telah dibangun dapat terus dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.”
Dengan penutupan CSRRP pada akhir 2024, diharapkan upaya pemulihan pasca bencana ini tidak hanya berhenti pada tahap pembangunan fisik, tetapi juga memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat Sulawesi Tengah. (red/teraskabar)