Teraskabar.id – Sebanyak 109.000 warga Palestina di Jalur Gaza mengalami luka-luka, 4.500 orang di antaranya harus diamputasi akibat perang Israel yang dimulai pada 2023. Hal itu disampaikan Zaher Al-Wahidi, kepala Unit Informasi Kesehatan di Kementerian Kesehatan Gaza.
Zaher yang merupakan pejabat Kesehatan senior di Gaza menyebutkan bahwa angka ini tercatat hingga akhir 2024 dan ini menciptakan krisis kasus amputasi yang besar, dampak dari serangan udara serta serangan darat Israel yang terus berlangsung.
Dari total amputasi, sekitar 18 persen adalah anak-anak (sekitar 800 orang) dan 12 persen perempuan (sekitar 540 orang).
Al-Wahidi menekankan bahwa angka ini mencerminkan dampak besar perang terhadap warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan, dan kemungkinan akan terus meningkat selama konflik berlanjut.
Selain itu, serangan Israel juga semakin merusak sistem kesehatan Gaza, dengan pembatasan pasokan medis yang sangat dibutuhkan.
Pada bulan Oktober 2024, Lisa Dutton dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB menyebut Gaza sebagai tempat dengan jumlah anak amputasi terbesar dalam sejarah modern.
Laporan lain dari LSM Humanity & Inclusion mengungkapkan bahwa 70 hingga 80 persen pasien rumah sakit di Gaza telah kehilangan anggota tubuh atau mengalami cedera serius pada sumsum tulang belakang.
UNICEF juga memperkirakan bahwa 10 anak kehilangan anggota tubuh setiap harinya di Gaza.
Karena sistem kesehatan yang sudah sangat kekurangan, banyak anggota tubuh yang sebenarnya masih bisa diselamatkan terpaksa diamputasi karena terbatasnya pasokan medis.
Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa hanya 10 dari 21 pengiriman bantuan kemanusiaan yang direncanakan ke Gaza utara yang berhasil dilakukan, sementara sisanya diblokir atau dihalangi oleh pasukan Israel.
Beberapa rumah sakit di Gaza juga telah menjadi target serangan Israel, dengan hanya 14 dari 36 rumah sakit yang masih bisa berfungsi sebagian, meskipun menghadapi kekurangan besar. Lebih dari seribu tenaga medis tewas, dan lebih dari 300 lainnya ditahan.
Tiga rumah sakit publik di Gaza utara, yaitu Kamal Adwan, Beit Hanoun, dan Rumah Sakit Indonesia, kini tidak beroperasi akibat eskalasi serangan. (red/teraskabar)