Senin, 28 April 2025
Ekbis  

Kredit Produktif Tumbuh Signifikan di Sulteng, Lampaui Kredit Konsumtif

Kepala OJK Provinsi Sulawesi Tengah Triyono Raharjo didampingi Kepala BEI Sulawesi Tengah Putri Irnawati dan Consumer Banking Manager BRI Palu, Sunarno pada kegiatan Jurnalis Update Perkembangan Sektor Jasa Keuangan di Sulawesi Tengah, Selasa (25/10/2022), di Cafe Foodie. Foto: Teraskabar.id

Palu, Teraskabar.id–  Jumlah kredit produktif  tumbuh signifikan di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada September 2022, bahkan mampu melampaui  jumlah penyaluran kredit konsumtif.

Kepala OJK Provinsi Sulawesi Tengah Triyono Raharjo mengatakan penyaluran kredit konsumtif di Sulawesi Tengah  tercatat Rp 21, 520 Miliar  atau mengalami pertumbuhan 30,75 persen secara year on year. Sementara pada periode yang sama, kredit konsumtif sebesar Rp20,150  miliar atau tumbuh 6,39 persen.

Baca jugaDMI Sulteng Siapkan Posko Kesehatan dan Logistik di Haul Guru Tua

“Sangat menggembirakan, kredit produktif tumbuh signifikan melampaui jumlah kredit konsumtif di daerah ini,” kata Triyono pada kegiatan Jurnalis Update Perkembangan Sektor Jasa Keuangan di Sulawesi Tengah, Selasa (25/10/2022), di Cafe Foodie. Kegiatan tersebut juga dihadiri Kepala BEI Sulawesi Tengah Putri Irnawati dan Consumer Banking Mnager BRI Palu, Sunarno.

Baca jugaGubernur Sulteng Akui PT Vale Berkontribusi pada Pembangunan Daerah

Ia menjelaskan, pada periode yang sama pada 2021, jumlah penyaluran kredit konsumtif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit produktif. Jumlah penyaluran kredit Konsumtif tercatat Rp18,940 Miliar, jauh lebih tinggi dibanding kredit produktif yang hanya mencapai 16,460 Miliar.

Baca jugaAwal Tahun 2022, Telkom Bukukan Pendapatan Konsolidasi Rp35,2 Triliun

Sementara itu, penyaluran kredit kepemilikan peralatan rumah tangga mendominasi di sektor ekonomi. Dalam laporan OJK, penyaluran kredit kepemilikan rumah tangga tercatat  Rp 17,531 Miliar atau 42,07 persen.

Posisi kedua dari  sisi persentase,  Perdagangan Besar dan Eceran tercatat Rp 8,48 Miliar atau 20,36 persen. Disusul Industri pengolahan sebesar Rp 4,83 Triliun atau 5,8 persen. Kemudian Pertambangan dan Penggalian sebesar  Rp 3,42 Trilun atau 5,57 persen. (teraskabar)