Pembangunan Pelabuhan Saprolite Ore PT Vale IGP Morowali Digenjot, Target Rampung di 2025

Morowali, Teraskabar.id– Pemancangan Pembangunan  Pelabuhan Saprolite Ore tengah dilaksanakan oleh PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Indonesia Growth Project (IGP) Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Selasa (13/2/2024).

Sebanyak 26 titik tiang pancang dipasang melengkapi pemancangan yang dimulai pada Jumat (2/2/2024). Pemancangan tiang ini juga sebagai upaya mamacu Pembangunan di fase konstruksi PT Vale IGP Morowali.

Pelabuhan ini berlokasi sejauh 236 meter dari bibir Pantai Desa Bahomotefe, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali.

Baca jugaMengagumkan!!!, Tiang Bendera Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palu Menggunakan Tiang Pancang

Total 303 tiang pancang dengan panjang 42 hingga 48 meter akan dipasang untuk pembangunan infrastruktur lepas pantai (offshore) dan daratan (onshore). Pelabuhan yang dibangun meliputi Ore Berth, Diesel Berth Platform, Mooring Dolphin dan Cat Walk, Approach Bridge in Deep Waters, dan Trestle. Konstruksi pelabuhan ini ditargetkan selesai pada Februari 2025.

Director of Mine Project IGP Morowali, Wafir mengungkapkan, pemancangan merupakan pondasi pembangunan pelabuhan yang merupakan salah satu milestone penting dari proyek IGP Morowali.

Tiga Aspek Prioritas Manajemen PT Vale IGP Morowali

Pembangunan Pelabuhan Saprolite Ore PT Vale IGP Morowali Digenjot, Target Rampung di 2025

Wafir menjelaskan, sebelum dilakukan pemancangan, tiga aspek prioritas menjadi fokus utama bagi manajemen yakni aspek sosial, keselamatan dan lingkungan.

“Sebelum kita melakukan pemancangan ada beberapa hal prioritas dari manajemen IGP Morowali, yang pertama adalah bagaimana kita menangani isu-isu community. Kedua, hubungannya dengan safety dan ketiga hubungannya dengan lingkungan. Jadi, ketiga aspek ini menjadi concern kita di awal sebelum melakukan pemancangan”, jelas Wafir.

Lebih lanjut Wafir menuturkan, sebelum melakukan pemancangan, tim IGP Morowali telah melakukan sosialisasi dan pendekatan terhadap masyarakat sekitar terutama bagi masyarakat yang terdampak seperti nelayan.

“Untuk isu community atau aspek sosial, kita telah melakukan pendekatan dan sosialisasi dengan masyarakat beserta kelompok nelayan terkait rencana aktivitas pemancangan, alhamdulillah kita mendapat dukungan yang positif,” katanya.

Baca jugaPembangunan Masjid Raya Darusalam Resmi Dimulai, Gubernur Sulteng Usulkan Nama Fastabiqul Khairat

Sementara, dari aspek keselamatan, tim memasang safety sign atau rambu-rambu informasi dan peringatan di sekitar aktivitas pemancangan baik di darat maupun laut. Manajemen juga memverifikasi dan mengecek kembali peralatan yang digunakan agar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di PT Vale.

“Yang berhubungan dengan safety, kita memasang rambu-rambu peringatan baik di darat maupun di laut. Untuk di darat, kita memasang titik-titik atau rambu-rambu informasi sebagai penanda terhadap aktivitas yang akan melalui area pemancangan kita. Selain itu, kita juga melakukan pengecekan terhadap semua peralatan pancang itu sudah sesuai dengan standar yang disyaratkan oleh PT Vale, sebelum tim kontraktor pemancangan melakukan aktivitas”, jelasnya.

Demi memastikan pekerjaan berlangsung dengan aman, IGP Morowali juga melaksanakan pelatihan bagi seluruh pekerja yang terlibat dalam aktivitas pemancangan.

“Tim juga melaksanakan safety training kepada semua kru pancang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan pemancangan, karena ada beberapa hal yang menjadi Major Hazard Standard di aktivitas pemancangan di antaranya bekerja dekat air, pengangkatan, dan bekerja di ketinggian,” tambahnya.

Sebagai bentuk pengelolaan lingkungan yang dilakukan pada aktivitas pemancangan, tim IGP Morowali mengusung penggunaan Steel Pipe Pile (SPP) yaitu tiang pancang pipa baja. Penggunaan SPP ini tidak menimbulkan kenaikan lumpur sebagai akibat dari pemancangan.

Baca jugaKPU Morowali Rampung Laksanakan Tes Tertulis Calon PPK

Kontrol atau mitigasi lainnya yang dilakukan yaitu penggunaan material bersih seperti batu split dan pemasangan geotekstil sebagai penahan limpasan material sehingga tidak menyebabkan kekeruhan pada air laut. Tim juga memasang Silt Curtain yang berfungsi sebagai barrier dan dapat mengurangi sebaran sedimentasi.

“Aktivitas kita di laut atau pemancangan ini bersinggungan langsung dengan masalah lingkungan, karena beberapa hal pada saat proses pemancangan itu akan dikhawatirkan mempengaruhi lingkungan di sekitar laut. Olehnya tim menyiapkan peralatan khusus untuk menghindari pencemaran terhadap lingkungan pada proses pemancangan,” urainya.

Wafir berharap, pekerjaan konstruksi pelabuhan berlangsung dengan aman dari semua aspek dan dapat selesai tepat waktu.

“Harapannya, semoga proses konstruksi pelabuhan dapat berjalan lancar, tidak ada gangguan kepada community, kita tetap menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan di area konstruksi. Semoga Februari 2025 mendatang, pelabuhan dapat selesai dan dapat dioperasikan untuk keperluan proyek”, ujarnya.

Diketahui, tiang pancang digunakan dalam konstruksi infrastruktur pelabuhan untuk memberikan dukungan struktural pada pondasi yang ditanamkan ke dalam tanah atau dasar laut untuk menciptakan pondasi yang kokoh. Penggunaan tiang pancang ini membantu mendukung struktur bangunan pelabuhan agar dapat menahan beban dan beban dinamis yang timbul akibat aktivitas pelabuhan.

Pondasi yang kokoh menjadi kunci keberlanjutan dan keamanan infrastruktur di lingkungan pelabuhan yang sering kali mengalami beban berat dari aktivitas bongkar muat dan pergerakan kapal. (teraskabar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *