Oleh Hasanuddin Atjo
Dua permasalahan yang cukup serius tengah dihadapi negara bergelar negeri kepulauan ini, berpenduduk 280,73 juta jiwa, yaitu angka stunting maupun tingkat pengangguran terbuka, TPT yang tergolong tinggi.
Karena dinilai penting, kedua isu ini menjadi bagian visi dan misi oleh peserta kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemilu tahun 2024 yang baru saja dihelat.
Proses hitung cepat, “Quick Count” oleh sejumlah lembaga survei bahwa pilpres tahun 2024 berlangsung satu putaran dan dimenangkan Pengusung program “makan siang gratis” upaya menekan angka stunting sekaligus membuka lapangan kerja.
Baca juga: Pengangguran dan Kemiskinan Menurun, Gubernur Sulteng: Andil Pelaku Usaha
Angka stunting nasional 2023 berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) sebesar 21,6 persen, dari sebelumnya 24, 4 persen. Pemerintah berharap angka ini bisa turun menjadi 14 persen diakhir tahun 2024. Ini memerlukan upaya ekstra untuk turun sebesar 6,2 persen.
Stunting antara lain disebabkan oleh kurangnya asupan protein hewani saat anak dikandung hingga usia 24 bulan setelah lahir. Dan persoalan ini menjadi salah satu program prioritas pemeritahan Jokowi dan Mar’uf Amin untuk dientaskan yang akan dilanjutkan “pemenang kontestasi Pilpres 2024”.

Selanjutnya menurut data BPS, TPT bulan Agustus tahun 2023 sebesar 5,86 persen, berkurang sebesar 1,15 persen dari TPT bulan Agustus tahun 2020, yang mencapai 7,07 persen. Pada Saat itu TPT meningkat cukup tajam karena adanya sejumlah pemutusan hubungan kerja, dampak pandemic Covid 19.
Baca juga: Menteri Kelautan Menilai Teknologi Budidaya Udang Masih Tertinggal, Penyebab Produktifitas Rendah
Program “makan siang dan susu gratis” dinilai sejumlah kalangan relevan dengan upaya menurunkan angka stunting, sekaligus membuka lapangan kerja bagi usaha kuliner UMKM di sejumlah daerah.
Penyediaan protein hewani diperkirakan meningkat tajam dari tahun tahun sebelumnya. Dan kebutuhan ini sudah harus dipersiapkan strateginya agar tidak terkendala pada saat program ini diimplementasikan
Idealnya kebutuhan di setiap daerah harus dipenuhi sendiri oleh aktifitas usaha ekonomi setempat, dan menghindari suplai dari tempat lain, apalagi harus mengimpor dari negara lain.
Budidaya ikan Nila menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan itu selain unggas, telur dan ternak besar. Saat ini budidaya nila yang asalnya dari sungai Nil di Mesir mulai marak dilakukan oleh masyarakat.
Baca juga: Percepatan Digitalisasi Keuangan, Bank Papua Manfaatkan Aplikasi LMS dari Telkom
Skala usahanya mulai rumahan, yang memanfaatkan halaman menggunakan kolam terbuat dari terpal plastik menerapkan teknologi “bioflok” , hingga kepada usaha di kolam kolam air tawar, dan karamba jaring apung di danau atau waduk.

Bahkan saat ini budidaya ikan nila bisa dilakukan di tambak payau yang bersalinitas hingga 15-20
permil yamg banyak tersebar hampir di seluruh wilayah RI, yang pada saat ini digunakan juga sebagai wadah budidaya udang dan bandeng.
Ikan nila memiliki beberapa keunggulan antara lain lebih mudah dibudidaya, lebih tahan terhadap penyakit, toleransi terhadap salinitas yang lebar, 0 – 20 permil, cita rasa yang banyak digemari masyarakat.
Dan tidak kalah pentingnya bahwa rantai pasok komoditi ini mulai benih, pakan, sarana prasarana lainnya, terbangun dengan baik sehingga lebih mudah didorong berskala industri.
Pada saat ini telah tersedia sejumlah breeder dalam negeri sebagai produsen induk ikan yang terakreditasi. Ini menjadi modal dasar bagi keberlanjutan budidaya nila guna menjamin ketersediaan benih berkualitas.
Selanjutnya artikel ini akan diulas lebih lanjut berkaitan dengan bagaimana skenario kebijakan, teknologi budidaya, pasca panen dan pamasaran. BERSAMBUNG.






