Rabu, 14 Mei 2025

Bangunan Rumah Mini Penyebab Perkelahian di Desa Lalos Tolitoli Jadi Viral

Bangunan Rumah Mini Penyebab Perkelahian di Desa Lalos Tolitoli Jadi Viral
Perkelahian akibat bangunan mini tempat singgah dari melaut di pinggir pantai Desa Lalos, Kecamatan Galang, Tolitoli, Jumat (11/4/2025), menjadi viral di media sosial. Foto: Tangkapan layar

Tolitoli, Teraskabar.id – Gegara pendirian bangunan rumah mini di sekitar pantai pinggiran laut di Desa Lalos, Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli, mau dipindahkan oleh pemilik lokasi, akhirnya berujung pada perkelahian yang kini menjadi viral di media sosial.

Munawir mewakili pihak keluarga menceritakan, kalau rumah mini yang dipersoalkan tersebut awalnya hanya diberikan dalam bentuk peminjaman lokasi untuk pendirian sementara oleh orang tuanya sejak enam tahun silam. Namun, belakangan setelah rumah mini tersebut hendak dipindahkan atau digeser beberapa meter muncul seseorang yang bernama, Sumarlin, dengan tiba-tiba mengayunkan sebilah parang seakan-akan mau mengajak duel.

“Sumarlin datang dengan kondisi emosi ke lokasi dengan mengayunkan parang di hadapan orang tua saya, kata orang tua lebih baik saya kamu potong karena sudah tua jangan anak saya. Masalah lokasi sebetulnya bisa dibicarakan,” cerita Munawir di Lalos, Jumat (11/04/2025).

Munawir yang didampingi adik dan ayahnya mengungkapkan kalau kedatangan Sumarlin dengan kondisi yang emosi telah memancing situasi yang tidak kondusif, sehingga terjadi perkelahian yang tidak terhindarkan.

“Saya yang berkelahi dengan Sumarlin, dikarenakan dia sudah menonjok adik saya di bagian muka hingga berdarah, adik saya hanya mau menanyakan kenapa kau ini tapi langsung ditonjok,” cerita Munawir.

Dalam peristiwa itu, menurut Munawir, ia tidak menyangka kalau Sumarlin yang notabene seorang ASN di kantor BKKBN bersikap emosi dengan membawa senjata tajam yang dihunuskan dari sarungnya, kemudian diayunkan di hadapan ayahnya seolah – olah ingin melukai.

“Terkait kasus ini, kami dari pihak keluarga sudah bikin laporan polisi, saat kejadian Sabtu tanggal 5 April, pekan lalu adik saya langsung melapor ke Polres dan lakukan visum, jadi kami dulu melapor lalu Sumarlin,” katanya.

Sementara Hairulla selaku orang tua Sumarlin, mengaku keberatan atas pengeroyokan anaknya yang kini sudah saling lapor di polisi. Ia berharap kasus pengeroyokan tersebut dapat segera ditindak lanjuti untuk dilakukan proses hukum.

” Awalnya cuma masalah lokasi yang ditempati pondok-pondok, lokasi itu bukan untuk mau dimiliki tetapi herannya mau di bongkar oleh mereka yang merasa pemilik,” paparnya.

Hairulla menceritakan, lokasi yang menjadi tempat berdirinya rumah kecil itu hanya untuk dijadikan tempat istrahat oleh warga sekitar yang pulang dari melaut. Lokasi yang menjadi persoalan tersebut pernah dilakukan mediasi di tingkat desa bahkan di kantor kecamatan, tetapi sampai saat ini belum ada kejelasan siapa sebenarnya yang ditetapkan menjadi pemilik.

” Sampai sekarang lokasi itu pemiliknya belum jelas karena yang mengklaim juga tidak punya alas hak berupa Surat Keterangan Penguasaan Tanah atau sertifikat,” tuturnya.

Sepanjang 300 meter lokasi pantai pinggiran laut di Desa Lalos telah diakui oleh pihak yang mengklaim, tetapi ironisnya lokasi tersebut tidak memiliki alas hak oleh mereka yang melakukan dugaan pengeroyokan.

” Sebetulnya mereka belum punya hak untuk membongkar rumah pondok yang saya suruh bangun itu karena sama sekali belum ada putusan dari PN siapa yang menjadi pemenang,” katanya. (ram/teraskabar)