Palu, Teraskabar.id – Hujan mengguyur wilayah Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (25/4/2025). Sejak pukul 13.30 Wita hingga jelang magrib, hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan beberapa titik di wilayah Kota Palu terendam banjir.
Dari beberapa laporan yang ditersebar di media sosial Facebook, wilayah banjir di antaranya terjadi di depan Rumah Sakit Umum Daerah Undata, Kota Palu. Air disertai lumpur menggenangi badan jalan, membuat akses tranportasi terhenti untuk sementara.
Kondisi serupa terjadi di Jalan Cemara, Kelurahan Donggala Kodi, Kecamatan Ulujadi. Lokasi padat pemukiman ini tergenang air bercampur lumpur. Begitupula di Jalan Hasanuddin Toto, Kelurahan Silae, banjir disertai material lumpur bercampur kayu gelondongan merendam wilayah permukiman dan badan jalan.
Secara rinci wilayah yang terendam banjir yaitu, sekitaran Jalan Jalur Gaza, Kelurahan Kabonena, Kecamatan Palu Barat.
Jalan Trans Sulawesi, jalur dua depan Mapolda, Kelurahan Tondo,
Jalan Yosurdaso, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikolore, Kelurahan Siale atas,
Perempatan lampu merah Jalan Basuki Rahmat bawah.
Pohon tumbang, di depan Rumah Sakit Umum Alkhairat Palu,
Jalan Cemara, Kelurahan Donggala Kodi, Jalur dua depan kantor Walikota, Jalan. Moh. Yamin.
Banjir yang hampir merata di sejumlah titik wilayah Kota Palu membuat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah bereaksi.
WALHI menyatakan bahwa banjir yang terjadi di Kota Palu tidak semata-mata disebabkan oleh faktor cuaca ekstrem atau hujan deras.
“Kami menilai bahwa banjir ini merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang sistemik, khususnya akibat aktivitas pembukaan lahan secara masif di wilayah hulu yang menjadi kawasan tambang galian emas,” kata Wandi, Manager Kampanye WALHI Sulawesi Tengah melalui keterangan tertulis yang diterima media ini, Jumat malam (25/4/2025).
Kerusakan di bagian hulu kata Wandi, telah menyebabkan hilangnya fungsi resapan dan penyangga air, sehingga air hujan tidak lagi terserap dengan baik dan langsung mengalir deras ke wilayah hilir.
Akibatnya, kata Wandi, beberapa titik di Kota Palu terdampak banjir yang disertai lumpur, potongan kayu, dan material lainnya yang bahkan masuk ke rumah-rumah warga.
Direktur JATAM Sulawesi Tengah, Taufik, menyerukan mengantisipasi banjir yang terjadi di wilayah kota Palu penting untuk meninjau kembali setiap proses peruntukan ruang yang ada. Dan yang terpenting, pelibatan masyarakat secara luas dalam memitigasi bencana-bencana yang berpotensi terjadi kedepannya.
JATAM mencatat bahwa banjir bukan lagi menjadi peristiwa yang insidental, melainkan telah menjadi langganan di Kota Palu. Ini adalah bentuk krisis ekologis yang terus berulang dan memperlihatkan lemahnya tata kelola lingkungan serta pembiaran terhadap aktivitas ekstraktif yang merusak hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Olehnya, WALHI Sulawesi Tengah mendesak:
- Pemerintah Provinsi dan Kota untuk segera mengevaluasi izin-izin pertambangan di wilayah hulu dan mengambil langkah tegas terhadap aktivitas yang terbukti merusak lingkungan.
- Penegakan hukum terhadap pelaku perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana ekologis bagi masyarakat.
3.Penyusunan kebijakan pemulihan ekologis yang melibatkan partisipasi masyarakat terdampak dan memperkuat daya dukung lingkungan di wilayah hulu dan hilir.
“Kami mengajak seluruh masyarakat sipil, akademisi, dan media untuk bersama-sama mengawal isu ini agar Kota Palu tidak terus-menerus menjadi korban dari krisis lingkungan yang dibiarkan tanpa solusi,” imbuh Wandi dan Taufik. (red/teraskabar)
- Sekitaran jl.Jalur gaza, kel. Kabonena, Kec. Palu Barat
- JL. Trans sulawei, jalur dua depan mapolda, kel. Tondo, jl. Yosurdaso, kel. Talise, Kec. Mantikolore
- Kel. Siale atas,
- Perampatan lampu merah Jl. Basuki rahmat bawah
- Pohon tumbang, di depan Rs. Al khairat palu
- Jl. Cemarah, kel. Donggala kodi,,
- jalur dua depan walikota jl . Moh. Yamin.