Jakarta, Teraskabar.id – Kebijakan World Food Programme (WFP/Program Pangan Dunia), lembaga PBB menangguhkan pengiriman bantuan makanan terhadap warga Jalur Gaza, Palestina, kian memperburuk kondisi kemanusiaan. Bencana kemanusiaan bagi warga Jalur Gaza benar-benar tak dapat dihindari.
“Yang mengejutkan, kita telah menerima keputusan PBB mengenai penangguhan pengiriman bantuan makanan di Gaza utara selama beberapa hari terakhir. Itu berarti menjatuhkan hukuman mati kepada 700.000 orang,” kata Juru Bicara Kantor Media Pemerintah Palestina, Ismail Abu Tsawabitha dalam rilis resminya, Senin (4/3/2024).
Baca juga: Militer Israel Perintahkan Warga Sipil untuk Mengungsi dari Gaza Utara
Kebijakan itu nilai Ismail, menggandakan kebijakan kelaparan dan kemunduran kemanusiaan. “Kami telah menyatakan sebelumnya dan hari ini memperbarui penolakan mutlak kami terhadap keputusan-keputusan yang merusak dan membawa bencana yang akan meninggalkan sebuah tragedi global, yang mana mereka bertanggung jawab penuh atas hal tersebut,” tutur Ismail.
Pendudukan Israel kata dia, masih dengan sengaja menargetkan dan menghancurkan sektor kesehatan secara menyeluruh dan sengajar. Seperti baru-baru ini menghancurkan Rumah Sakit Nasser dan Rumah Sakit Al-Amal di Kegubernuran Khan Yunis (selatan Jalur Gaza).
Militer Israel menyerbu mereka dengan tank , drone, dan tentara bersenjata lengkap. Mereka menembaki staf medis dan pengungsi, serta membunuh banyak warga di dalamnya. Rumah sakit diubah menjadi kuburan massal dan barak militer.
Baca juga: Blokade Pangan Memperburuk Kelaparan Ekstrem 2,4 Juta Warga Gaza
“Ini juga merupakan kejahatan perang yang jelas dan menyeluruh, kejahatan terhadap hukum internasional, dan kejahatan terhadap semua perjanjian internasional, seperti yang dilakukannya terhadap 32 rumah sakit,” ungkap Ismail.
Sebanyak 2 juta pengungsi masih tinggal di ratusan pusat pengungsian dan penampungan pemerintah dan non-pemerintah. Warga Gaza menjalani kehidupan yang keras, sulit dan tragis. “Pengungsi tidak dapat menemukan makanan, air, atau obat-obatan, dan lebih dari 700,000 di antara mereka tertular penyakit menular sebagai akibat dari kondisi pengungsian yang keras dan tidak adanya layanan kesehatan,” ujar Ismail.
Baca juga: Delapan Bacaleg PBB Sulteng Diganti dalam Dokumen Perbaikan
Perang memasuki bulan ke enam. Pendudukan Israel telah menghancurkan dan menargetkan lebih dari 1.000 sekolah, universitas, lembaga pendidikan, masjid, gereja, dan rumah sakit. Selain penghancuran hampir 200 situs arkeologi dan warisan dengan tujuan mensurvei sejarah dan geografi Palestina, yang berabad-abad dan puluhan tahun lebih lama dibandingkan masa Pendudukan Israel. (***/teraskabar)