POSO, Teraskabar.id– Hawa sejuk pegunungan menyeruak ketika para pelancong tiba di gerbang wisata Air Terjun (Waterfall) Saluopa, Desa Tonusu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Di gerbang lokasi wisata, selain terdapat pos jaga, di sekitarnya terdapat beberapa bangunan. Satu di antaranya, adalah rumah adat yang berbentuk bangunan panggung yang memanfaatkan kayu sebagai konstruksi utamanya, lengkap dengan paduan arsitektur etnis Pamona.
Lokasi Air Terjun Saluopa ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Jika melewati jalur darat dari Kota Palu, membutuhkan waktu sekitar 5 hingga 7 jam untuk menuju pusat kota Kabupaten Poso. Selanjutnya, dari Poso menuju Tentena membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Kemudian, dari pusat kota Tentena, membutuhkan waktu setengah jam untuk menuju lokasi air terjun di Desa Wera.
Namun, karena penulis bersama sejumlah jurnalis mengikuti kegiatan Kumpul Jurnalis 2021 yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulteng di Tentena, mulai 23-25 November 2021, sehingga pemberangkatan rombongan langsung dari Resort Poso sebagai tempat kegiatan.
Untuk menikmati destinasi air terjun ini, wisatawan cukup membayar Rp5 ribu per orang. Relatif sangat murah untuk destinasi wisata yang menyimpang fanorama alam yang begitu indah. Dua petugas di loket Pos Jaga dari Dinas Pariwisata Kabupaten Poso melayani setiap pengunjung dengan ramah.
“Harga tiket Rp5000 untuk setiap pengunjung yang berlaku bagi umur 12 tahun ke atas,” kata Wiliem Tasile yang merupakan staf Dinas Pariwisata Kabupaten Poso.
Air Terjun Saluopa yang berada di dalam hutan tropis mengharuskan para pengunjung berjalan ke dalam hutan menuju lokasi air terjun. Jarak dari pintu masuk hingga ke air terjun kurang lebih sekitar 500 meter.
Selama perjalanan menuju lokasi, pengunjung dapat menikmati suasana hutan tropis dengan pepohonan yang lebat. Di sepanjang perjalanan tersedia aneka kuliner yang dijajakan oleh warga setempat.
Saat tiba di lokasi air terjun, suguhan pemandangan yang begitu unik nan memesona langsung bisa dirasakan oleh para pengunjung. Dari kaki air terjun bisa terlihat aliran air terjun bertingkat-tingkat, ibarat bangunan candi yang berundak-undak. Di kaki air terjun juga terdapat kolam kecil yang bisa dimanfaatkan untuk berenang atau sekadar berendam.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi petualangan menuju puncak, terdapat tangga yang terbuat dari batu. Agar stamina tetap terjaga hingga ke lokasi puncak air terjun, pengunjung sebaiknya mengasoh sejenak jika tiba di setiap tingkat.
Saat mengasoh, tak sedikit pengunjung memanfaatkannya dengan mendokumentasikan keindahan Air Terjun Saluopa dengan berfoto di bebatuan aliran air terjun. Karena mengandung kapur membuat bebatuan di lokasi Air Terjun Saluopa tidak licin dan tidak ditumbuhi berlumut, sehingga kaki tak mudah terpeleset saat berpijak di bebatuan.
Awalnya, penulis tak yakin ketika salah seorang staf Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulteng, sebelum memasuki gerbang lokasi destinasi wisata menyampaikan, bahwa bebatuan Air Terjun Saluopa mengandung zat kapur. Sehingga bebatuannya tidak licin, membuat setiap pengunjung bisa leluasa ke tengah aliran air terjun.
Di lokasi puncak Air Terjun Saluopa, dengan leluasa para pengunjung bisa mengarahkan pandangan dari ketinggian 25 meter ke bawah dasar air terjun. Air terjun ini melewati batuan gunung sebanyak 12 tingkatan yang mengalir hingga ke tingkat paling bawah, yang berakhir di sungai kecil Desa Leboni. Fanorama ini menegasikan sebutan sebagai air terjun terbaik di Indonesia yang disematkan oleh wisatawan yang sering berkunjung ke lokasi Air Terjun Saluopa Poso. (din/teraskabar)