Gaza, Teraskabar.id – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) berduka atas syahidnya jurnalis Shatha Al-Sabagh usai menjadi sasaran aparat otoritas yang hadir di depan rumah kerabatnya, didampingi anak-anak dan perempuan di kamp Jenin.
Pembunuhan terhadap jurnalis Shatha, saudara perempuan syahid Al-Qassami, Mujahid Moatasem Al-Sabbagh, dilakukan oleh dinas keamanan Otoritas dengan darah dingin, sebagaimana siaran pers Hamas, Senin (31/12/2024).
Tindakan kriminal terkutuk ini menjadi catatan hitam yang panjang yang dilakukan otoritas, dengan membunuh, menangkap, dan menyiksa warga Gaza.
Operasi ini telah mencapai tahap kritis dan belum pernah terjadi sebelumnya, dengan adegan yang meniru apa yang dilakukan pendudukan militer Israel terhadap rakyat Gaza. Kejahatan ini bukanlah sebuah insiden yang terjadi begitu saja, namun merupakan bagian dari kebijakan represif yang menargetkan kamp Jenin, yang merupakan simbol ketabahan dan perlawanan.
Olehnya, Hamas menyerukan kepada pihak berwenang dan lembaga-lembaganya untuk menanggapi berbagai inisiatif nasional untuk menghentikan kampanye melawan kubu Jenin ini.
Hamas juga menyerukan kepada semua patriot Palestina untuk bersama-sama memberikan tekanan pada pihak berwenang dengan segala tekad untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam aksi tersebut.
Pembunuhan terhadap jurnalis, untuk menghentikan operasi keamanan yang tidak patriotik ini, dan untuk mengintensifkan gerakan dengan segala cara untuk mencegah mereka mengejar para penentang. “Orang-orang kami yang bebas, bebaskan semua tahanan, dan berdirilah di sisi orang-orang kami yang menjadi korban genosida dan rencana aneksasi dan pemindahan,” bunyi imbauan resmi Hamas yang diterima media ini, Senin (31/12/2024). (red/teraskabar)