Teraskabar.id – Pejabat pengawas kamera di penjara Saydnaya dan seorang komandan lapangan loyalis rezim Bashar al-Assad ditangkap oleh pasukan Administrasi Operasi Militer Suriah.
Penangkapan terhadap kedua pejabat tersebut bersama sejumlah tokoh terkait pelanggaran HAM di era rezim Bashar al-Assad, berlangsung saat pasukan Administrasi Operasi Militer Suriah melancarkan operasi penyisiran di kawasan Al-Muhajirin dan Al-Abbasiyin di kota Homs, wilayah tengah Suriah, sebagaimana dilaporkan laman Aljazeera Arabic pada Sabtu (4/1/2024).
Sementara itu, menurut laporan kantor berita Suriah, SANA, Jumat (27/12/2024), Kementerian Dalam Negeri menyatakan, Muhammad Nuruddin Shalhum, yang bertugas sebagai salah satu pengawas kamera pengawas di Penjara Saydnaya, telah ditangkap.
Ia diduga terlibat dalam mematikan sistem kamera pengawas di penjara itu sebelum wilayah tersebut dikuasai oleh Administrasi Operasi Militer.
Penjara Saydnaya, yang terletak di pinggiran Damaskus, dikenal sebagai “rumah jagal manusia.” Di penjara ini, puluhan ribu tahanan dilaporkan mengalami penyiksaan hingga tewas selama rezim Bashar al-Assad.
Laporan internasional menyebutkan eksekusi massal tanpa pengadilan dilakukan di penjara ini, dengan rata-rata 50 orang dieksekusi setiap minggu antara 2011 dan 2015.
Selain itu, SANA melaporkan penangkapan Saher Al-Naddaf, seorang komandan lapangan yang dituduh terlibat dalam berbagai pembantaian di seluruh wilayah Suriah.
Naddaf, yang termasuk dalam kelompok loyalis bersenjata rezim Assad, disebut telah menolak menyerahkan senjatanya dan bersembunyi di antara warga sipil.
Operasi Penyisiran di Homs
Sumber di Administrasi Operasi Militer kepada Al Jazeera mengonfirmasi bahwa operasi penyisiran di Homs melibatkan bentrokan sporadis dengan loyalis rezim yang menolak kesepakatan damai atau menyerahkan senjata mereka.
Dalam operasi itu, seorang perwira yang sebelumnya bertugas di Penjara Pusat Deir ez-Zor juga berhasil ditangkap. Perwira tersebut diduga melakukan pelanggaran terhadap tahanan di penjara itu.
Sejak jatuhnya rezim Assad pada 8 Desember lalu, Administrasi Operasi Militer telah membuka pusat-pusat rekonsiliasi bagi para loyalis rezim lama.
Namun, penolakan sejumlah loyalis untuk menyerahkan senjata mereka telah memicu konflik bersenjata di berbagai wilayah Suriah, termasuk Homs.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya otoritas baru di Suriah untuk menindak tegas pelanggaran masa lalu sekaligus memulihkan stabilitas di negara yang telah dilanda perang selama lebih dari satu dekade. (***/red/teraskabar)