Oleh Syahrul Ramadhan Lembah
Mahasiswa saat ini yang tergerus oleh zaman (Gen Z), terbawa oleh arus-arus konflik secara universal, di mana masyarakat awam dalam menelaah informasi biasa, sehingga banyak doktrinasi terjadi dikalangan tersebut.
Akhirnya konflik itu dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tak bertanggunjawab dan digiring ke dalam kepentingan oligarki untuk memanfaatkan fenomena maka terjadilah bencana sosial di lingkungan institusi ataupun di luar institusi, rembesannya.
Oknum menggeneralisasi isu SARA dalam ruang sempit agar sudut pandang bagi mereka yang menerima informasi itu, sangat minim untuk mengelola bahasa provokatif. Sehingga, terdogmatif oleh informasi dari mulut-ke mulut. Seharusnya, ada renungan agar tidak menyimpulkan informasi secara bebas tanpa ada penyaringan dahulu.
Isu SARA harus ada instrumen, sebagai penawar untuk menangkal abstraksi, agar tidak merembes ke mana-mana, dapat merugikan manusia lain serta menjerumuskan ke hal perusakan moral bagi kalangan mahasiswa, pemuda, pelajar dan masyarakat awam.
Akibatnya, ketika pembuangan isu SARA menyebabkan konflik dalam ranah hal apapun, bisa digiring ke mana saja membuat presepsi falacy terhadap, objektif yang ternyata terletak pada substantif saja, dan dibuang isu SARA baru untuk menutupi isu SARA yang terjadi di awal.
Bagaimana cara memanajemen ketika terjadi konflik yang diakibatkan oleh pembuangan isu SARA liar, bisa saja menimbulkan banyak korban. Pokoknya, dalam pembahasan isu SARA dan konflik, seharusnya perbanyak literasi, diskusi serta kajian terkait konteks, secara sistematik sebelum bertindak.
Misalnya studi kasus, konflik antara kalangan mahasiswa “Diduga tawuran tersebut akibat perselisihan pertandingan olahraga, yang dilaksanakan lembaga Permahkota beberapa waktu lalu. Sumber; https://anakuntad.com/2023/05/dipicu-perselisihan-olahraga-mahasiswa-2-fakultas-di-untad-tawuran/
“Kemarin sebelum ini, ada pertandingan yang dilaksanakan oleh lembaga Permahkota di situlah sebabnya, tapi itu sudah selesai, kemungkinan ini picunya dari situ lagi,” ungkap Wakil Rektor (Warek) Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sagaf. Rabu,(31/05/23) “Nah tadi ini sepertinya anak Teknik yang masuk ke Kehutanan,” tambahnya Sumber; https://anakuntad.com/2023/05/dipicu-perselisihan-olahraga-mahasiswa-2-fakultas-di-untad-tawuran/
Pantauan media ini, sejumlah motor mahasiswa dan dosen pecah akibat terkena lemparan batu, juga beberapa kaca gedung pengajaran pecah. Informasi yang dihimpun, kasus ini akan diselesaikan secara hukum dan pihak kepolisian akan melakukan olah TKP di tempat Sumber; kejadian.https://anakuntad.com/2023/05/dipicu-perselisihan-olahraga-mahasiswa-2-fakultas-di-untad-tawuran/
Apabila ada bahasa yang diungkapkan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Sagaf, di hari Rabu itu (31/05/23).Sumber; kejadian.https://anakuntad.com/2023/05/dipicu-perselisihan-olahraga-mahasiswa-2-fakultas-di-untad-tawuran/. Maka pakailah diksi yang tak membuat propaganda, agar semua bahasa itu, prediktif, responsibilitas, transparansi dan berkeadilan (Presisi). Serta ada konstruksi sudut pandang yang benar dalam membenarkan hal fenomena itu.
Konklusi dari konflik yang terjadi, jangan hanya sekedar mediasi belaka. Seharusnya dalam proses mediasi, ternetralisasi dan hadirkan oknum yang melakukan penyerangan awal di Markas Besar (Eksternal) HMTG “TADULAKO” secara fisik serta membabi buta (Hukum Rimba) tanpa melakukan jalur diplomatik secara akademisi. Apakah benar informasi tersebut, bahwa Mahasiswa Teknik Geologi Untad yang melakukan penyerangan terlebih dahulu, maupun hal lain. Semua itu tidak bisa dipisahkan dari konsep keadilan dan kebenaran. ***